Friday, May 27, 2011

Memburuk, Satu Suspect Antraks Dievakuasi

SRAGEN—Satu dari 11 warga Dusun Rejosari, Desa Brojol, Kecamatan Miri, Sragen yang dinyatakan positif antraks kembali dilarikan ke Puskesmas setempat Rabu (25/5) kemarin. Warga bernama Pariyem (64) warga RT 9 tersebut dilaporkan kondisinya memburuk. Guna menghindari kemungkinan terburuk, korban dievakuasi ke Puskesmas setempat sampai kondisinya membaik.
Di sisi lain, Kepala Disnakkan Ekarini Mumpuni mengatakan selain pengobatan massal terhadap ternak di Miri dan Sambiduwur, Tanon, pihaknya juga menyatakan ternak di dua desa yakni Miri dan Sambiduwur sudah diisolasi. Langkah ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan penyebaran bakteri antraks ke daerah lain
Sementara kemarin Pariyem mendadak mengalami demam tinggi disertai melonjaknya tekanan darah yang mencapai 150 mmhg. Pariyem yang turut mengonsumsi daging sapi mati positif antraks dan dinyatakan positif terinfeksi antraks bersama 12 warga lain akhirnya dipindahkan ke Puskesmas Miri dan langsung ditangani dokter Puskesmas.
Informasi yang dihimpun di lapangan, pagi kemarin korban sempat keluar sejenak untuk beraktivitas. Namun, sekitar pukul 11.00 WIB, mendadak dia mengeluhkan pusing.
Setiba di rumah, mendadak dia langsung ambruk disertai kondisi demam tinggi mencapai 37 derajat dan tensinya juga meroket hingga 150 mmhg. Kerabat dan warga sekitar langsung panik mendapati kondisi Pariyem. Proses evakuasi dari rumah ke Puksesmas pun berlangsung histeris diiringi isak tangis kerabat dan warga sekitar.
“Sebenarnya kondisi ibu saya sudah agak membaik makanya sejak beberapa hari lalu sudah bekerja kembali ke sawah. Entah tadi pagi kok mendadak merasakan panas, pusing dan tensinya sangat tinggi. Karena takut terjadi apa-apa akhirnya kami bawa ke Puskesmas,” papar Margono, anak sulung korban.
Sampel
Dokter di Puskesmas Miri dr Nanik menuturkan hasil pemeriksaan sementara, korban memang mengalami demam tinggi dan kenaikan tekanan darah secara tidak wajar. Namun pihaknya belum dapat memastikan apakah gejala tersebut terkait dengan wabah antraks yang positif berjangkit pada ternak di Brojol dan melukai 13 warga termasuk Pariyem.
“Untuk sementara sudah kami beri pengobatan. Kalau soal ada keterkaitan dengan serangan antraks kami belum bisa memastikan,” ujarnya.
Selain Pariyem, dua korban antraks terparah Suradi dan Wagiman hingga kemarin juga masih mengalami melepuh. Suradi adalah korban terparah dengan mata melepuh dan sempat dirawat di RSUD selama sepekan. Sedang Wagiman yang turut menangani pembagian daging adalah korban yang tangannya melepuh paling parah. Di luar tiga warga itu, sembilan warga lainnya dilaporkan lukanya sudah mengering. Kendati sudah membaik, Suradi dan Wagiman masih mendapatkan suntikan antibiotik dan pengobatan di Posko Kesehatan Antraks yang dibuka di Dusun Rejosari hingga Sabtu (28/5) mendatang.
Sementara bersamaan dengan memburuknya satu warga, kemarin tim dokter dari Laboratorium Moewardi Solo juga melakukan pengambilan sampel terhadap 131 warga Dusun Rejosari dan Bibis, Brojol, Miri yang mengonsumsi bangkai daging sapi positif antraks. Ketua tim dr Doni Redono mengatakan pengambilan sampel daerah dimaksudkan untuk memastikan apakah luka yang dialami ketigabelas warga akibat serangan antraks. Pengambilan sampel juga untuk mengetahui kondisi kesehatan warga yang sempat mengonsumsi daging tersebut.
Bupati Sragen Agus Fatchur Rahman juga resmi menyatakan Kabupaten Sragen dalam status siaga wabah penyakit antraks. Status tersebut diumumkan menyusul hasil positif antraks yang terjadi pada sejumlah kematian ternak di Desa Ketro, Kecamatan Tanon dan Brojol, Kecamatan Miri.  Sehubungan dengan kondisi itu, orang nomor satu di jajaran Pemkab Bumi Sukowati itu juga langsung mengeluarkan surat edaran kewaspadaan antraks ke seluruh desa dan kecamatan yang ada di Sragen.
Wardoyo

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More