Sunday, May 15, 2011

Hujan Deras Iringi Penyemayaman Api Suci Waisak di Candi Mendut

Magelang - Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan sekitarnya tak mengurangi khusyuknya 74 sangha di bawah Perwakilan Umat Buddha Indonesia(Walubi) untuk menyemayamkan api suci Waisak di Candi Mendut.

Hal ini merupakan ritual kedua menjelang rangkaian upacara peringatan Waisak 2555 BE/ 2011 yang dipusatkan di Candi Borobudur. Bahkan, acara berjalan dengan khidmat selama prosesi kedatangan api suci yang dibawa dari sumber api abadi Merapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Purwodadi, Jateng. Menempuh waktu selama empat jam melalui Gubug-Karangawen-Semarang-Ungaran-Ambarawa dan sampai di Magelang.

Dalam ritual pengambilan api suci diawali dengan pembacaan paritra(puji-pujian) dan doa yang dipimpin oleh Bhiksu Duta Wira dari Sangha Mhayana yang juga salah satu Ketua DPP Walubi diikuti sebanyak ratusan bhiksu dan bhikuni dari 74 sangha Walubi.

Kemudian, secara bergantian Wakil Ketua Panitia Alex Tumondo dan Ketua Panitia Daerah Widyanto Chandra melakukan upacara penyakralan api abadi Merapen. Setelah menempuh perjalanan sekitar pukul 16.35 WIB api suci tiba di pelataran Candi Mendut, Magelang.

Setelah sampai di altar Buddha yang ada didepan candi, ratusan bhiku dan bhikuni membaca parita dan doa dipimpin dua sangha Walubi. Sangha Mahayana dan Sangha Tantranaya. Lalu, Bhiksu Duta Wira memimpin upacara penyemayaman dibawah rintik hujan dan halaman sekitar candi yang digenangi air setinggi 10 sentimeter.

Setelah naik ke candi Mendut, dua bhiku dan dua pengurus Walubi melakukan pindhapata mengelilingi candi sebanyak tiga kali dan masuk ke dalam candi. Sebelum dilakukan penyulutan api, dilakukan pembacaan paritra dan doa dan apipun disulut dan disemayamkan.

Disekitar patung Buddha yang ada di dalam candi terpampang sebanyak lima lilin berwarna merah dan kuning. Serta tiga buah obor api suci disamping kanan kiri sang Buddha.

Bhiku Duta Wira usai ritual penyemayaman api menyatakan api memiliki tiga makna utama dalam ajaran Buddha. Pertama, api sebagai lambang dalam kehidupan dimana penuh duka dan kesusahan. Jika ingin keluar dari kesusahan maka perlu adanya pencerahan bathin.

“Sehingga mengapa diambil api abadi? Yang merupakan api alam? Sebab, pencerahan dan ketenangan datangnya dari hati bukan dari pikiran,” jelas Duta Wira.

Kedua, setelah adanya ketenangan dalam hati maka kita akan bebas dari penderitaan dan berjalan secara terus menerus dan menggelora ibarat api yang membakar.

“Ketiganya adalah hidup harus bisa dalam kebersamaan dan keberagaman alam yang bisa merupakan berkah dari alam. Harus bisa hidup dalam kebersamaan dan sangat penting arti kebersamaan di negara kita ini,” ungkap Duta Wira.

Duta wira membuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan UNESCO, seekor burung terbang hijrah dari daerah yang dingin menuju ke daerah yang panas mengapa lebih sering dengan secara bersamaan?

“Hasil penelitian menunjukan burung yang hijrah secara bersamaan, kecepatan dan kekuatan 71 kali lebih besar kecepatan terbangnya dibanding terbang sendirian. Jika binatang bisa hidup dalam kebersamaan maka manusia juga harus bisa. Ada orang sakit dan orang sehat maka yang harus menolong adalah orang sehat bukan sebaliknya,” tutur Duta Wira.

Duta Wira menegaskan, saat ini negara Indonesia memerlukan figur dan contoh seorang pimpinan yang baik. Yang harus dicari adalah jati diri negara dan bangsa ini sendiri.

“Bangsa kita bangsa besar. Kalau negara kita sekarang menjadi miskin warganya? Maka kita perlu kembali ke jatidiri ibarat api yang mencari kebenaran dari dalam hati. Bukan dalam pikiran,” ucap Duta Wira.

Usai disemayamkan api dan air suci Waisak di candi Mendut, Selasa(17/5) akan dibawa ke candi Borobudur dilakukan ritual puja bhakti dengan cara membawa air dan api suci dengan berjalan sepanjang kurang lebih 6,5 kilometer untuk digunakan ritual puja bhakti.

Ritual puja bhakti ini merupakan puncak ritual menjelang detik-detik Waisak 2555/2011 yang jatuh pada 18.28.03 WIB yang akan diikuti ratusan umat Buddha dari berbagai kota/kabupaten di seluruh pelosok Indonesia. Serta penyampaian pesan Waisak kepada seluruh umat buddha oleh Ketua Umum Shangha Teravada Indonesia Bhiksu Jotidhammo Mahatera.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More